MENAKAR IMAJINASI KREATIF SENIMAN
Oleh : Iman Saiful Mu’minin
Pesan-pesan karya seni para seniman sering tidak atau bakan sulit terungkapkan oleh aspek dan dimensi indrawi para pecinta dan penikmatnya. Hal demikian mengingat keterbatasan daya tangkap mereka terhadap esensi visual yang ada pada medianya. Pesan karya seni tersebut merupakan ungkapan jiwa yang terpendam dalam alam fitrah ruhani seseorang.
Dalam kitab Kimia as-Sa’adah, Imam Ghazali mengungkapkan bahwa pesan-pesan keruhanian yang luhur dan dalam dapat menyentuh dan menggetarkan apabila melalui karya seni. Hati manusia, menurutnya, diciptakan oleh Tuhan bagaikan batu api membara yang mudah berpijar dan berkibar tersentuh oleh keindahan yang timbul dari getaran karya seni seperti musik, puisi, dan lukisan. Keindahan yang timbul dari getaran karya seni dapat menyalakan cinta yang tidur dalam hati, baik cinta yang bersifat indrawi maupun ruhani. Ini tiada lain merupakan imajinasi kreatif para seniman.
Bahkan lebih ekstrem lagi, ulama lain seperti Ibnu Sina, al-Jurjani, dan Ibnu Arabi secara terang-terangan menyatakan bahwa asal usul karya seni adalah imajinasi kreatif seniman. Imajinasi kreatif dalam diri manusia merupakan wakil alam misal, dan alam misal berfungsi menjadi perantara antara alam kemanusiaan dan alam ketuhanan atau transendental. Menurut mereka, hasil imajinasi kreatif manusia yang paling sempurna dan memesona adalah karya seni.
Berkenaan dengan hal ini pula, pada abad 16 muncul seorang ulama yang berani mengeluarkan fatwa yang sangat diharapkan oleh para seniman. Dia adalah Qadhi Ahmad, yang juga dikenal sebagai ahli kaligrafi Arab dan penyair, di samping pecinta seni lukis. Fatwanya yang terkenal itu diabadikan dalam sebuah puisi indah berikut:
Tuhan menciptakan dua jenis kalam
Yang satu dari tetumbuhan memukau jiwa
Dan menjelma batang tebu bergula
Dari tunasnya memutik seni khat memesona
Yang lainnya berasal dari hewan
Yang kilauan sinarnya bagai permata
Memancar dari sumber air kehidupan
Yaitu kuas untuk membuat lukisan
Kalam pertama berkaitan dengan kaligrafi dan seni hias tetumbuhan, yang digunakan untuk menuliskan wahtu Ilahi, hikmah dan ilmu pengetahuan. Adapun kalam yang kedua berkenaan dengan lukisan miniatur yang menyajikan gambar makhluk hidup. Maksud kalam kedua ini adalah kuas yang terbuat dari bulu kucing yang diikat dengan benang sutera pada tangkai bulu ayam dan digunakan untuk lukisan dengan sapuan warna yang indah.
Dua jenis kalam tersebut merupakan media efektif untuk menumpahkan imajinasi kreatif para seniman, tak terkecuali seniman muslim yang memikul tanggung jawab moral dalam merealisasikan dakwah Islam, baik dakwah bilkitabah maupun dakwah bilquas. Maka takaran yang ditawarkan Islam kepada kita sebagai seniman muslim adalah, seberapa nilai bayaran kita yang akan disumbangkan untuk dakwah Islam itu sendiri? Wallahu a’lam.
Apabila Artikel atau info dalam blog ini baik dan bermanfaat bagi anda, harap disebarkan