Sekilas Pendirian Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka

0
 A.     Lahirnya Sebuah Gagasan
Tepatnya pada hari Kamis malam Jum’at, 11 Juli 1996, di Bandung. Sebuah gagasan mendirikan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka dilemparkan secara terbuka oleh Drs. H.D. Sirojuddin AR, M.Ag. di hadapan 70-an ulama Alquran, pejabat, dan tokoh Jawa Barat pada saat perumusan Sistem Pembinaan Peserta MTQ Jawa Barat atas prakarsa Pemda c.q. Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ).

Gagasan tersebut, seperti diistilahkan Sirojuddin, pada mulanya lebih merupakan “proyek mewujudkan mimpi jadi kenyataan”. Dikhayalkan dua tahun ke belakang, ketika memikirkan keinginan “memberi makna” pada usianya yang ke-40 di tahun 1997. Di bulan April dan Mei 1994, saat melaksanakan ibadah haji, unek-unek yang belum ketahuan formatnya itu dilampiaskan berulang-ulang di hadapan Ka’bah: “Ya Allah, besarkanlah Lemka, sekiranya itu akan bermaslahat”. Lemka (Lembaga Kaligrafi Alquran) yang didirikan dan dipimpinnya sejak tahun 1985 merupakan wadah pengembangan kaligrafi yang representatif di Indonesia. Dari lembaga ini telah lahir ratusan guru dan juara-juara kaligrafi pada pelbagai event lomba nasional dan ASEAN. Beberapa kali lomba dan pameran kaligrafi telah sukses diprakarsainya. Bahkan sejak mengkordinasi Sayembara Kaligrafi Festival Istiqlal II ’95 sampai 1998, Lemka telah mendorong kelahiran 52 sanggar kaligrafi yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia.
Pengalaman dan potensi-potensi yang dimiliki Lemka dengan penyelenggaraan Kursus Kaligrafi Intensif sebanyak 20 gelombang sampai 1996, memiliki 36 guru khat, dan Ketuanya yang adalah Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional dan ASEAN dan pembina kaligrafi di 10 propinsi, memberi dorongan untuk mewujudkan satu kampus terpadu untuk pembinaan kaligrafi dikonsentrasikan. Tempat yang ditawarkan pada kumpulan para ulama Alquran, pejabat, dan tokoh Jawa Barat itu adalah Sukabumi, yang disambut serentak dan didorong untuk selekasnya direalisasikan, mengingat pesantren model seperti ini baru pertamakali ada di Indonesia, menyusul pesantren-pesantren tahfizh, tilawah, dan tafsir Alquran.
Beberapa nama dipertimbangkan kembali untuk pusat pembinaan tersebut: Pesantren Kaligrafi Alquran, Kampus Perguruan Kaligrafi Alquran, Kampus Pendidikan Kaligrafi Alquran, Kampus Pembinaan Kaligrafi Alauran. Nama yang ditetapkan kemudian adalah Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka.

B.    Diterpa Ujian dan Kesulitan

 Tidak selalu cita-cita itu langsung lulus dari ujian. Dalam perjalanan pulang dari Bandung, beberapa peserta acara dari Bogor, satu di antaranya K.H. Ma’ruf Mahmud, pimpinan Pesantren Hilyatul Qur’an di Leuwiliang, “membelokkan niat” Sirojuddin untuk memilih lokasi Bogor, bukan Sukabumi. Akhirnya, Bogor ditentukan bakal lokasi pesantren, mengingat letaknya yang strategis dalam jaringan aliansi Jabotabek dan lebih dekatnya jangkauan ke Ibukota Jakarta.
Diskusi-diskusi untuk menentukan teknis usaha berulang-ulang diselenggarakan oleh Kru Lemka. Langkah pertama adalah mencari calon lokasi di sebuah bukit yang indah di kawasan Leuwiliang. Seorang konglomerat menjanjikan kemungkinan memberikan bantuan keuangan untuk 2 hektar tanah pegunungan tersebut. Ternyata, bantuan itu tidak terwujud, dan pilihan bakal lokasi pertama gagal.
Bakal lokasi kedua ditemukan di Batutulis. Satu hektar tanah dari satu keluarga guru agama akan diwakafkan untuk Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Meskipun telah dilangsungkan negosiasi berulang-ulang, pelimpahan satu gebleg tanah itu gagal, karena hanya tiga dari empat saudara calon wakif yang dengan tegas ridho mewakafkan tanah mereka. Sementara saudara tertua tidak pernah memberikan kejelasan ihwal kesediaannya mewakafkan tanahnya.
“Petualangan” dilanjutkan dengan mengincar lokasi lain. Sebelum itu, diadakan temu silaturahmi dengan Ketua BKSPPI (Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia) K.H. Kholil Ridwan dan stafnya, 16 Oktober 1996, di Jl. Kasintu 4 Bogor. Pihak Lemka memohon dukungan dan minta dicarikan bakal lokasi yang representatif. Sementara itu BKSPPI selain menjanjikan akan memberikan bantuan sekuat tenaga, juga mendorong Lemka untuk “maju terus dan tidak putus asa”. Gagasan pendirian Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang unik ini oleh K.H. Kholil Ridwan dipuji dan dianggap sebagai kerja yang luar biasa, meskipun diyakini bakal tidak mudah, karena baru.
Ternyata, bakal lokasi ketiga di Desa Cempaka Putih, Ciputat, Tangerang, juga tidak teraih. Tanah “setengah liar” 800 m2 dengan sebuah masjid yang sangat disetujui Lurah H. Asman Saidan terlalu sulit untuk dimiliki, meskipun pembicaraan ke arah usaha pewakafan telah berulang-ulang mendapat dorongan dari Camat Ciputat Drs. H. Wahidin Halim.
Tempat keempat adalah Cilodong, Bogor. Direncanakan, pesantren kaligrafi ini akan menempati sebuah gedung bersama yang disediakan, namun kembali gagal untuk keempat kalinya.
Dari Jawa Barat dialihkan ke DKI Jakarta. Dalam perhitungan Lemka, Jakarta adalah lokasi yang “pasti” paling strategis. Gagasan pendirian “pesantren aneh” ini disambut para pengurus LPTQ DKI Jakarta, karena DKI Jakartalah yang paling diuntungkan. Janji diberikan oleh Ketua Umum LPTQ Jakarta Selatan Drs. H. Asfi Syukur dan Drs. H. Hasanuddin, berupa sebuah bangunan ex gedung KUA di Jakarta Selatan yang masih ditempati keluarga staf Kantor Pemda DKI Jakarta. Bakal lokasi kelima ini pun berakhir tanpa kepastian.
Dari Jakarta kembali lagi ke Bogor. Melalui usaha-usaha yang melelahkan, akhirnya pada hari Jum ‘at, 15 Nopember 1996, para Pengurus Lemka yang diantar Prof. Dr. H. Hasan Muarif Ambary, Kepala Puslit Arkeologi Nasional dan Dewan Pembina Lemka, dan tokoh alumni Pondok Modern Gontor di Bogor H. Babung Hasbullah Baihaqi berhasil mengadakan audiensi dengan Bupati Bogor H. Eddy Yoso Martadipura yang didampingi Ketua MUI Kab. Bogor Drs. K.H. Sanusi Azhari. Bupati berjanji memberikan tempat yang rencananya akan dijadikan kawasan Pesantren Terpadu di Cibinong. Namun, kontak-kontak yang tidak mudah sesudah itu, menggagalkan untuk keenam kalinya bakal lokasi Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Ternyata “puncak kegagalan mencari tanah” ini memberikan hikmah. Tepat dua tahun sesudah itu, saat Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka dicanangkan, terjadi gelombang gerakan reformasi yang memaksa Presiden Soeharto lengser keprabon dan berbuntut tuntutan-tuntutan beberapa kalangan rakyat Bogor atas tanah-tanah mereka kepada Bupati, sehingga Lemka selamat dari kemungkinan terkena kesulitan.
C.    Membentuk Yayasan Badan Wakaf Lemka
Strategi baru diambil. Atas inisiatif seluruh Pengurus Lemka dan nasihat beberapa kalangan, Lemka membentuk Yayasan Badan Wakaf Lemka dengan Akte Notaris Ny. Lanny Ratna Ekowati Soebroto, SH, Nomor 27, tanggal 15 Januari 1997. Yayasan ini dimaksud untuk mengakomodasi segala gagasan dan tugas-tugas yang dapat menggolkan tujuan-tujuan Lemka, termasuk mengumpulkan dana dan menggalang dukungan untuk mewujudkan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka.
Maksud dan tujuan Yayasan, secara lebih jelas, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan umum dan pendidikan lainnya yang bernafaskan Islam, dan mengembangkan serta melestarikan kebudayaan Islam di Indonesia khususnya dalam bidang kaligrafi Alquran.
Usaha-usaha yang dijalankan selanjutnya adalah:
1.      Mendirikan pondok pesantren, madrasah, sekolah-sekolah, baik umum maupun kejuruan dari Tingkat Taman Kanak-kanak, Tingkat Dasar, Tingkat Menengah, Perguruan Tinggi, Universitas serta membina lembaga-lembaga yang berada di bawahnya, khususnya pendidikan yang bernafaskan Islam;
2.      Menyelenggarakan pelbagai pelatihan di bidang seni budaya Islam, khususnya dalam bidang kaligrafi Alquran;
3.      Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial, dan budaya serta memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan agama dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
4.      Membantu fakir miskin, yatim piatu, dan orang yang membutuhkan bantuan, baik dari segi pembinaan mental maupun spiritual;
5.      Usaha-usaha lain yang sesuai dengan identitas, tujuan, asas organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dengan demikian, tugas mencari tanah bakal pesantren selanjutnya diambilalih Yayasan, yang pada hakikatnya masih perpanjangan tangan Lemka sebagai sumber gagasan, aspirasi, dan inisiatif.
D.    Dari Sukabumi Kembali ke Sukabumi
Ibarat “dari tanah kembali ke tanah” atau “dari bumi kembali ke bumi”. Demikian pula Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang sejak semula diniatkan berlokasi di Sukabumi, benar-benar bertahta di Sukabumi, tepatnya di Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, kawasan wisata yang nyaman, jauh lebih menarik daripada keenam bakal lokasi sebelumnya.
Wakaf yang merupakan “pilihan ketujuh” ini adalah hibah dari keluarga Ibu Hj. Idoh, Mad Huro, Sirojuddin, Siti Fatimah, Mimin Aminah, Halimah, Mukhtar Tajuddin, Nenden dan Drs, Ece Abidin. Di atasnya ada tiga rumah bilik yang juga diwakafkan dan menjadi cikal bakal gedung-gedung Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Ikrar wakaf seluas 1.163 m2 (disusul kemudian oleh jalan masuk pesantren 85,5 m2) berlangsung pada hari Senin, 2 Maret 1998, di depan Kepala KUA Kecamatan/Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf Gunung Puyuh Sukirman, BA, dan diterima Nadzir yang diwakili Drs. H.D. Sirojuddin AR selaku Ketua Yayasan Badan Wakaf Lemka dengan saksi-saksi Muhtar dan H. Ma’ruf Tani.
Setelah itu segalanya berjalan bagaikan meteor. Ahad, 15 Maret 1998, secara tak disangka, masyarakat menyerahkan Masjid Al-Awwabin (di atas 125 m2 tanah bersertifikat wakaf) untuk digabungkan ke pesantren, termasuk kepanitiaan rehabnya beralih ke Yayasan. Masih hari yang sama, timbul ide perluasan untuk asrama santri dan perumahan guru. Maka terjadilah transaksi pembelian 3.040 m2 tanah sawah dari Ibu Fatimah/Aminah di Desa Parung Seah, tak jauh dari Kampus Pesantren, yang merupakan wakaf 700 m2 dari D. Sirojuddin AR dan sisanya sumbangan dari 282 donatur di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Banjarmasin, Ujung Pandang, Lampung, Cirebon, Bogor, Sukabumi, Tangerang, Bekasi, dan Belanda yang dalam waktu dua bulan berduyun-duyun memberikan wakafnya minimal 1 m2. Dengan penambahan tanah usaha wakaf yang dilanjutkan dengan pembelian-pembelian berikutnya ini, maka Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka berlokasi di Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi.
Usaha-usaha tidak kenal lelah selama dua tahun mencari tempat berpijak bagi Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka ini dipelopori oleh kelompok Empat Assabiqunal Awwalun Drs. H.D. Sirojuddin AR, M.Ag., Drs. Ece Abidin, Uud Mas’udin, B.A, dan Aep Ermana, S.Ag., dibantu oleh Isep Misbah, Rusli H.M. Amin, Dede Syamsuddin A., Awan Mauluddin Anwar, S.Ag., Momon Abdurrahman S, dan Drs. Ali Akbar dengan Pengurus Lemka lainnya. Yang sangat berjasa memberikan pelbagai gagasan dan dorongan adalah Prof. Dr. H. Hasan Muarif Ambary dan Drs. H.A. Hafizh Dasuki, M.A, keduanya duduk di Dewan Pembina dan Penasihat Yayasan Badan Wakaf Lemka.
E.     Manajemen dan Garis Perjuangan Pesantren
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang peresmian pemasangan billboardnya dilaksanakan hari Ahad bulan Ramadhan, 26 Januari 1997, oleh Camat Gunung Puyuh Drs. Sutisna Wirawan dan tahun ajaran pertamanya dibuka hari Ahad, 9 Agustus 1998, merupakan harta wakaf milik kaum muslimin dan bukan merupakan “harta kiai atau pimpinan Pesantren”. Para pimpinan dan pengelola Pesantren diangkat oleh Yayasan Badan Wakaf Lemka atas dasar profesionalisme dan komitmennya pada perjuangan dan sunnah Pesantren; bukan berdasarkan keturunan dan tidak sedikit pun punya hak atas harta kekayaan Pesantren.
Pendidikan yang diselenggarakan di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka bersifat perpaduan antara pembentukan karakter manusia muslim yang saleh dan berilmu dengan pengamalan identitas akhlak muslim dan sifat entrerpreuneurship yang berciri kemandirian, rasionalitas, bermotivasi tinggi, jujur, ikhlas, sportif, produktif, sederhana, dan kreatif.
Pembentukan akhlak demikian dimaksudkan agar pelajar Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di masa depan dapat hidup mandiri, bermental tangguh dalam menghadapi tantangan dan memiliki motivasi tinggi sebagai pribadi yang berkarakter problem solver, dengan berpijak pada keseimbangan hidup antara aspek duniawi dan ukhrawi.
Lebih spesifik, para santri di Pesantren Kaligrafi Laquran Lemka dibina untuk menjadi kader pengembang dan pembina seni kaligrafi di seluruh wilayah Tanah Air, sebagai bakti pengamalan ilmu sesuai akhlak Alquran.

Apabila Artikel atau info dalam blog ini baik dan bermanfaat bagi anda, harap disebarkan
Leave A Reply

Your email address will not be published.