URGENSI PENDIDIKAN MENULIS AL-QUR’AN*

0
URGENSI PENDIDIKAN MENULIS AL-QUR’AN*
(dan Relevansinya dengan Masyarakat Cianjur yang Berakhlakul Karimah)
Oleh Drs H.D. Sirojuddin AR, MAg
Iftitah
           
Membicarakan seni menulis, tulisan, dan tulisan  indah atau khat atau dalam sebutan yang lebih populer kaligrafi sangatlah menarik. Lebih-lebih, apabila dihubungkan dengan Al-Qur’an, sumber dari mana seni yang dijuluki “art of Islamic art” (seninya seni Islam) ini berasal.
Pelbagai ungkapan ditujukan kepada keindahan tulisan dan fungsinya. Ubaidullah bin Abbas menyebutnya sebagai lisan al-yadd atau ”lidahnya tangan”, karena dengan tulisan itulah tangan berbicara. Dalam banyak metafora, seni khat dilukiskan sebagai kecantikan rasa, duta akal, penasihat pikiran, senjata pengetahuan, penjinak saudara dalam pertikaian, pembicara jarak jauh, penyimpan rahasia, dan khazanah rupa-rupa masalah kehidupan. Ringkasnya, seperti disebutkan Al-Qalqasyandi, ”Khat itu ibarat ruh di dalam tubuh.”
Menulis Al-Qur’an, apalagi kalau diusahakan dengan bagus, bukan semata-mata sama dengan memuliakan Al-Qur’an, tetapi juga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan membentuk kepribadian mulia (akhlakul karimah) seorang pelajar, yaitu:
sabar              – tidak bisa digoreskan secara terburu-buru
disiplin           – memiliki aturan, rumus, gaya, dll.
kreatif            – mengatasi masalah komposisi, harmoni, proporsi, dan irama secara tepat
waspada        – hati-hati berhadapan dengan ayat-ayat Al-Qur’an
terampil         – pandai mengolah dan menggunakan rupa-rupa kalam
bersih             – awas dan waspada terhadap noda/kotoran.
Siti Ulfi Fauziah (Santriwati asal Cianjur
sedang asyik menggores)



Bagi masyarakat Cianjur yang mencanangkan program akhlakul karimah, unsur-unsur kepribadian yang terbentuk dari kebiasaan menulis indah Al-Qur’an tersebut sangat munasabah. Namun, hasil selanjutnya harus dibuktikan dalam rupa-rupa keunggulan mata pelajaran menulis Al-Qur’an di sekolah-sekolah, pesantren-pesantren, majelis-majelis ta’lim, lingkungan DKM, komunitas khattat hingga lembaga-lembaga pengembangan Al-Qur’an seperti LPTQ dari Tingkat Kecamatan hingga Tingkat Kabupaten.


Al-Qur’an dan Pendidikan Seni Menulis


Pendidikan menulis (yang disetarakan dengan pendidikan membaca) telah diperintahkan, justeru,  dalam wahyu pertama Al-Qur’an (QS Al-’Alaq: 1-5):

  
1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Pengaruh yang dipantulkan ayat-ayat tersebut sangat besar. Namun, ada ayat-ayat lain dan beberapa hadis Rasulullah SAW yang mendorong perhatian kepada tugas menulis, seperti ayat pertama surat Al-Qalam:
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o
      ”Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.”
Ada beberapa penafsiran pada kata Nun. Namun penafsiran yang lebih akrab kepada pemahaman kita adalah yang berdasar kepada riwayat Ibnu Abbas, kemudian Al-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah, bahwa ”arti Nun adalah dawat atau tinta,” paralel dengan hadis keluaran Abu Hatim riwayat Abu Hurairah:
خَلَقَ الله النُّوْنَ وَهِيَ الدَّوَاةُ
”Allah menciptakan Nun, yakni dawat.”
Al-Qur’an juga secara utuh memaparkan seperangkat alat tulis terdiri dari pena (qalam), tinta (midad, nun), media (lauh), kulit (suhuf), dan kertas (qirtas). Namun, pesan ayat-ayat itu tertuju pada umumnya peralatan tulis atau lukis, kerja menulis, dan media komunikasi.
Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW mendorong keleluasaan para ilmuwan dan seniman muslim dalam berkarya tulis tanpa hambatan hukum, tidak seperti seni lukis dan patung yang bisa berakibat syirik atau seni musik dan tari yang dapat mendorong pelakunya pada perbuatan malahi (maksiat).
Sepintas ayat-ayat tadi tertuju pada “tulisan” dan “karya tulis” atau “kerja menulis” tanpa atribut lain. Namun, hakikatnya, tulisan apalagi tulisan Al-Qur’an harus ditampilkan secara artistik dan menarik, sesuai dengan Al-Qur’an itu sendiri yang tampil dengan bahasa keindahan dalam tutur kata dan pesan-pesannya. Untuk itu, Rasulullah SAW selalu menekankan agar tulisan dibuat seindah mungkin untuk menyingkap kebenaran:
اَلخَطُّ الحَسَنُ يَزِيْدُ الحَقَّ وُضُوْحًا
”Tulisan yang bagus akan menambah kebenaran tampak nyata,” (HR Dailami dalam Musnad Al-Firdaus).
 Maka, apabila ayat-ayat Al-Qur’an disalin, seyogianya mencakup kebenaran (isinya), kebaikan (untuk orang beriman), dan keindahan (tulisannya) sekaligus. Tiga pilar (kebenaran, kebaikan, dan keindahan) ini tidak bisa dipisah-pisah sebagaimana akal, kehendak, dan perasaan yang menjadi tonggaknya yang juga tidak bisa dipisah-pisah. Dr. Kamal Al-Haj, dalam mukadimah kitab Ilm al-Jamal karya Dany Huisman, menyimpulkan:
فِي الحَقِّ خَيْرٌ وَجَمَالٌ، وَفِي الجَمَالِ حَقٌّ وَخَيْرٌ
”Di dalam kebenaran ada kebaikan dan keindahan, dan di dalam keindahan ada kebenaran dan kebaikan.”
Rasulullah SAW memberikan apresiasi penuh dan janji pahala kepada para penulis indah Al-Qur’an, sebagai bentuk usaha memuliakan Kitab Suci tersebut. Beberapa ucapan beliau berkenaan dengan award (penghargaan) kepada para penulis Al-Qur’an, di antaranya:
مَنْ كَتَبَ بحُسْنِ الخَطِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْمِ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa menulis Bismillahir Rahmanir Rahim dengan tulisan yang indah, ia berhak masuk syurga.”
مَنْ كَتَبَ بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْمِ فَحَسَّنَهُ أَحْسَنَ الله تَعَالى إِلَيْهِ
”Barangsiapa menulis Bismillahir Rahmanir Rahim dan mempereloknya, niscaya Allah akan bersikap elok kepadanya.”
مَنْ كَتَبَ بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْمِ مجَوَّدَةً غَفَرَ الله لَهُ
”Barangsiapa menulis Bismillahir Rahmanir Rahim dengan bagus, Allah pasti memberinya ampunan.”
Bahkan, hanya meraut atau meruncingkan pena, ada imbalan pahalanya:
مَنْ قَلَمَ قَلَمًا يَكْتُبُ بِهِ عِلْمًا أَعْطَاهُ الله شَجَرَةً فى الجَنَّةِ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
”Barangsiapa meraut pena untuk menulis ilmu, maka Allah akan memberinya pohon di syurga yang lebih baik daripada dunia berikut seluruh isinya,” (Al-Hadis)
Isyarat-isyarat yang ditunjukkan Rasulullah SAW cukup menjelaskan arti penting dan wajibnya belajar menulis terlebih menulis Al-Qur’an, baik untuk tujuan fungsional maupun estetis. Pertama-tama, beliau membimbing Hafsah untuk belajar menulis, yakni dengan mengajari keluarganya. (Muhammad Tahir al-Kurdi di dalam kitabnya, Tarikh al-Khat al-’Arabi wa Adabuhu, memasukkan Hafsah sebagai kaligrafer wanita pertama). Sesudah peperangan Badar, pengajaran menulis beliau perluas kepada para pemuda.
Untuk memperluas pengetahuan Al-Qur’an, pelajaran menulis bisa dimulai dari khat Naskhi yang sederhana dan harus diberikan sejak dini, seperti sabda Rasulullah SAW:
“إِنَّ مِنْ حَقِّ الْوَلَدِ عَلَى وَالِدِهِ أَنْ يُعَلِّمَهُ الْكِتَابَةَ وَأَنْ يحْسِنَ اسْمَهُ وَأَنْ يُزَوِّجَهُ اِذَا بَلَغَ” ـ “أَكْرِمُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالْكِتَابَةِ”
”Di antara kewajiban orangtua atas anaknya adalah mengajarinya menulis, memperbagus namanya, dan mengawinkannya kalau sudah dewasa,” (HR Ibnu Bazar) ”Muliakanlah anak-anakmu dengan tulisan.”
قَيِّدُوْا الْعِلْمَ بِالْكِتَابَةِ. اَلْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدٌ”
”Ikatlah ilmu dengan tulisan! Ilmu itu adalah buruan, tulisan adalah talinya,” (HR Tabrani)
“مَنْ مَاتَ وَمِيْرَاثُهُ الدَّفَاتِرُ وَالمحَابِرُ دَخَلَ الجَنَّةَ”
”Barangsiapa meninggal, sedangkan warisannya adalah buku (catatan) dan tinta, ia niscaya masuk syurga,” (HR Dailami)
Bagaimana rincian teknik belajar menulis dan menentukan ukuran-ukuran keindahannya, dapat dilihat dari cara Rasulullah SAW mengingatkan Muawiyah tatacara memegang dan menggoreskan pulpen agar menghasilkan tulisan yang bagus. Kepada Abdullah, beliau berseru:
“يَا عَبْدَالله، وَسِّعْ مَا بَينَ السُّطُوْرِ، وَاجْمَعْ مَا بَينَ الحُرُوْفِ، وَارْعَ المُنَاسَبَةَ فى صُوْرِهَا، وَأَعْطِ كُلَّ حَرْفٍ حَقَّهَا”
”Wahai Abdullah, renggangkan jarak spasi, susunlah huruf dalam komposisi, peliharalah proporsi bentuk-bentuknya, dan berilah setiap huruf hak-haknya.”
Tujuan Pendidikan Menulis Indah
Nilai-nilai keindahan dan kegigihan belajar menulis Al-Qur’an dengan segala implikasinya ini perlu dimasyarakatkan melalui pembinaan yang intensif dan terstruktur karena peranan dan fungsinya dalam kehidupan individu dan sosial warga Cianjur yang telah bertekad berkepribadian mulia, baik melalui Gerbang Marhamah maupun Visi Cianjur Cerdas, Sehat, dan Berakhlakul Karimah.
Dalam fungsi-fungsi individual, tulisan indah berperan sebagai sarana komunikasi, sumber usaha, dan wahana ekspresi yang penuh nilai estetis. Sedangkan dalam fungsi-fungsi sosialnya, tulisan indah dapat digunakan untuk menulis buku-buku pelajaran, mushaf Al-Qur’an, majalah, koran, dan sarana-sarana informasi tekstual dan visual.
Dengan demikian, bimbingan penulisan Al-Qur’an di Cianjur harus diarahkan kepada beberapa tujuan, di antaranya:
1.      Tujuan Pengajaran:
a)   Tulisan adalah alat penyempurna bacaan.
b)   Pelajar dapat membiasakan diri menulis secara jelas dan mudah dibaca
c)   Kecepatan menulis dengan tetap menjaga keindahan.
2.      Tujuan Pendidikan
a)   Membentuk kemahiran tangan.
b)   Melatih kebersihan.
c)   Membiasakan berkompetisi secara sehat.
d)   Membiasakan mencontoh secara benar dan telaten.
e)     Kehati-hatian dalam menulis akan membiasakan pelajar bersabar, tabah, hati-hati,dan waspada.
f)      Mendidik kemahiran meniru.
g)     Menanamkan kreativitas pelajar untuk bergerak, bekerja, dan menggunakan tangannya secara aktif dan dinamis.
3.      Tujuan Estetis
a)      Berbeda dengan tulisan lain, tulisan Arab memiliki aneka unsur hias dan iluminasi yang datang dari dirinya.
b)     Plastisitas huruf dan kekayaan ragam aksesoris dan iluminasinya menumbuhkan rasa estetika yang dalam.
c)     Rasa estetika ini memantul pada kepribadian dan kehidupan, sehingga menciptakan harmoni dan ketelatenan.
4.      Tujuan Praktis
a)      Setiap orang menginginkan tulisannya jelas dan bagus agar orang lain mudah membacanya.
b)     Kejelasan dan keindahan tulisan memudahkan guru dan pengamat seni untuk memberikan penilaian dan kurasi.
c)     Tulisan pelajar kerap dianggap cermin kemajuan dan kesuksesan.
5.      Tujuan Ekonomis
a)      Oleh sebagian seniman, tulisan indah atau kaligrafi dijadikan sumber usaha setelah melalui perjuangan untuk menguasainya. Seorang penyair mengatakan:

تَعَلَّمْ قِوَامَ الخَطِّ يَاذَا التَّأَدُّبِ     ● فَمَا الخَطُّ إِلاّ زِيْنَةُ المُتَأَدِّبِ
فَإِنْ كُنْتَ ذَا مَالٍ فَخَطُّكَ زِيْنَةٌ ● وَإِنْ كُنْتَ مُحْتَاجًا فَأَفْضَلُ مَكْسَبِ
”Pelajarilah trik-trik kaligrafi, wahai orang yang berpendidikan, karena kaligrafi itu tiada lain daripada hiasan bagi kaum terpelajar. Sekiranya engkau punya harta, maka kaligrafimu adaalah aksesoris. Namun, jika engkau butuh, maka kaligrafi adalah sebaik-baik sumber usaha.”
Dikatakan pula oleh Ibnu al-Muqaffa:
اَلخَطُّ لِلأَمِيْرِ جمَاَلٌ، وَلِلْغَنِيِّ كَمَالٌ، وَلِلْفَقِيْرِ مَالٌ
”Kaligrafi bagi Sang Pangeran adalah keindahan, bagi hartawan adalah kesempurnaan, dan bagi si fakir adalah uang.”
Lebih ditegaskan lagi oleh Ali ra:
عَلَيْكَ بِحُسْنِ الخَطِّ فَإِنَّهُ مِنْ مَفَاتِحِ الرِّزْقِ
           
            ”Hendaknya engkau memperelok tulisan, karena dia termasuk kunci-kunci rezeki.”
b)     Oleh kalangan pebisnis tulisan indah atau kaligrafi dijadikan ladang usaha melalui dapur produksi yang menghasilkan banyak uang.
Metode Pembinaan Menulis Al-Qur’an
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan metode  yang intensif dan terstruktur, sehingga pengembangannya menjangkau seluruh elemen yang mencakup pembentukan kader, rotasi kegiatan yang kontinyu, dan membuahkan hasil yang kongkrit yaitu tercapainya kemahiran menulis Al-Qur’an di kalangan seluruh lapisan masyarakat Cianjur.
Jangkauan pengembangan ini, jika disimpulkan, mencakup ”tiga pilar tulisan” sebagaimana dikatakan oleh  Ali bin Abi Talib:
   اَلخَطُّ مَخْفِىٌّ فى تَعْلِيْمِ اْلأُسْتَاذِ، وَقِوَامُهُ فى كَثْرَةِ اْلمَشْقِ، وَدَوَامُهَ عَلَى دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ
“”Khat itu tersirat dalam pengajaran guru, tonggaknya dalam banyak latihan, dan kelanggengannya tergantung (pengamalan) agama Islam.”
Ini berarti pembinaan harus diarahkan kepada tiga hal:
Pertama: Guru, pelatih, instruktur, oficial atau juri khat yang mumpuni karena akan menentukan sukses tidaknya pembinaan.
Kedua  :   Latihan-latihan gencar dan intensif murid di bawah bimbingan gurunya.
Ketiga  :  Menjamin tambah profesionalnya pembinaan dengan lahirnya hasil karya untuk                              pelbagai kepentingan agama seperti lukisan kaligrafi atau kegiatan MTQ.
Struktur pembinaannya harus melalui tiga jenjang:
1.      Pembinaan Jangka Pendek
Jangka waktunya setengah tahun dan diarahkan untuk menciptakan pelbagai aktifitas belajar menulis Al-Qur’an semesteran di pusat-pusat pengajaran agama seperti madrasah, pesantren, majelis ta’lim, DKM, dan lembaga-lembaga atau sekolah-sekolah umum pra Perguruan Tinggi.
Pembinaan untuk kepentingan jangka pendek ini diarahkan kepada penguasaan khat Naskhi dan dikelola oleh para pembina (dengan dukungan pembiayaan Pemda) Tingkat Desa dan Kecamatan mencakup agenda kegiatan pelatihan kader mahir menulis Al-Qur’an tingkat dasar.
2.      Pembinaan Jangka Menengah
Jangka waktunya 1 (satu) tahun mencakup pelajaran menulis seluruh gaya khat, yaitu Naskhi, Sulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah, dan Kufi dan difokuskan untuk mencari bibit-bibit potensial dari peserta binaan yang akan jadi kader-kader peserta kegiatan kompetisi seprti MTQ Tingkat Kecamatan dan Kabupaten.
Pembinaan jangka menengah ini dikelola oleh para pembina Tingkat Kecamatan dan Kabupaten dengan dukungan bembiayaan Pemda Tingkat Kecamatan dan Kabupaten.
3.      Pembinaan Jangka Panjang
Jangka waktunya 2 (dua) tahun dan merupakan pembinaan permanen oleh para pelatih profesional Kabupaten, Provinsi, dan Nasional kepada kader-kader mahir dan terpilih yang dilaksanakan di dan terambil dari seluruh institusi pendidikan dan latihan (diklat) yang berkompeten dengan dukungan pengelolaan dan pembiayaan Pemda Tingkat Kabupaten.
Konsentrasi pembinaan jangka panjang diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mencakup:
a)      Seleksi kader MTQ dan lomba-lomba kaligrafi Tingkat Propinsi duta Kabupaten melalui pemusatan pelatihan berjenjang.
b)     Pelatihan dan pemberian bantuan kepada para calon peserta kompetisi kaligrafi Nasional dan Internasional asal Cianjur.
c)     Pengadaan penataran guru, pelatih, oficial, dan Dewan Hakim kaligrafi.
d)     Penyelenggaraan program pendukung seperti pameran dan seminar kaligrafi dan pendidikan menulis Al-Qur’an.
Ikhtitam
Begitu besarnya minat kaula muda untuk belajar menulis Al-Qur’an, sehingga pembinaannya terasa amat mendesak. Namun, pembinaan tersebut harus menyeluruh meliputi semua aspeknya, dan pelaksanaannya tidak setengah-setengah atau hanya untuk kepentingan temporer seperti MTQ yang tidak datang setiap saat.

Jika pembinaan dilaksanakan serentak untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, maka akan lahir kader-kader yang tangguh sehingga mekanisme kegiatan menulis Al-Qur’an dan kaligrafi akan mudah dilaksanakan dengan hasil sesuai harapan.
Insya Allah.

·    Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Manajemen Penyelenggaraan Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an Bagi Guru Agama dan Qori/Qori’ah di Kabupaten Cianjur, di Gedung Da’wah Kemenag Cianjur, 19-20 Januari 2011

Apabila Artikel atau info dalam blog ini baik dan bermanfaat bagi anda, harap disebarkan
Leave A Reply

Your email address will not be published.